KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah “Laporan Penelitian Di Benteng Rotterdam Makassar” ini
sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam
rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai sejarah fungsi
Rotterdam makassar. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini
terdapat kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat
berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
A.
Latar Belakang 1
B.
Rumusan Masalah 2
C.
Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A.
Sejarah 3
B.
Fungsi 5
C.
Benda-Benda
Bersejarah 6
BAB III PENUTUP 10
Kesimpulan 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam Makassar (Jum Pandang)
adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada
di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9
yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna.
Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan
Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu
padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros. Benteng Rotterdam
Makassar ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke
lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu
dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang
berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama asli benteng ini adalah Benteng Rotterdam Makassar,
biasa juga orang Gowa-Makassar menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng
Panyyua yang merupakan markas pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo
akhirnya menandatangani perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan
Kerajaan Gowa untuk menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda
menempati benteng ini, nama Benteng Rotterdam Makassar diubah menjadi Fort
Rotterdam. Cornelis Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk
mengenang daerah kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh
Belanda sebagai pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur.
Di kompleks Benteng Rotterdam Makassar kini terdapat Museum
La Galigo yang di dalamnya terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran
Makassar (Gowa-Tallo) dan daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan.
Sebagian besar gedung benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek
wisata di Kota Makassar.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah Rotterdam Makassar ?
2.
Apa fungsi
Rotterdam Makassar ?
3.
Apa saja
benda-benda bersejarah di Rotterdam Makassar ?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
sejarah Rotterdam Makassar
2.
Mengetahui
fungsi Rotterdam Makassar
3.
Mengetahui
benda-benda bersejarah di Rotterdam Makassar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Benteng Rotterdam Makassar dibangun oleh Raja Gowa ke IX
Daeng Matare Karaeng Manguntungi Tumapa’risi’ Kallonna dan diselesaikan oleh
putranya Raja Gowa X Imanriogau Bontokaraeng lakiung Tonipallangga Ulaweng
dengan konstruksi tanah liat pada tahun 1545. Atas perintah Raja Gowa XIV
Imangerangi Daeng Manrabia (Sultan Alauddin) pada tahun 1634 tembok benteng
diperbaiki dan menambah material batu karang, batu padas, dan batu bata
menggunakan kapur dan pasir sebagai perekat.
Fort
Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng
peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai
sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan.Benteng ini dibangun pada tahun
1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung
Tumapa'risi' kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun
pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini
diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di
daerah Maros. Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang
hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi
Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun
dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan.
Nama
asli benteng ini adalah Benteng Ujung Pandang, biasa juga orang Gowa-Makassar
menyebut benteng ini dengan sebutan Benteng Panyyua yang merupakan markas
pasukan katak Kerajaan Gowa. Kerajaan Gowa-Tallo akhirnya menandatangani
perjanjian Bungayya yang salah satu pasalnya mewajibkan Kerajaan Gowa untuk
menyerahkan benteng ini kepada Belanda. Pada saat Belanda menempati benteng
ini, nama Benteng Ujung Pandang diubah menjadi Fort Rotterdam. Cornelis
Speelman sengaja memilih nama Fort Rotterdam untuk mengenang daerah
kelahirannya di Belanda. Benteng ini kemudian digunakan oleh Belanda sebagai
pusat penampungan rempah-rempah di Indonesia bagian timur sampai saat ini
benteng Rotterdam digunakan untuk perdagangan dan dijadikan sebagai tempat
wisata prasejarah,selain itu Benteng Rotterdam dijadikan kantor pemerintah
yakni Pusat Kebudayaan Makassar,
Di
kompleks Benteng Ujung Pandang kini terdapat Museum La Galigo yang di dalamnya
terdapat banyak referensi mengenai sejarah kebesaran Makassar (Gowa-Tallo) dan
daerah-daerah lainnya yang ada di Sulawesi Selatan. Sebagian besar gedung
benteng ini masih utuh dan menjadi salah satu objek wisata di Kota Makassar.
Salah satu obyek wisata yang terkenal disini selain melihat benteng serta
museum Lagaligo adalah menjenguk ruang tahanan sempit Pangeran Diponegoro saat
dibuang oleh Belanda sejak tertangkap ditanah Jawa.
Di
benteng ini pernah di jajah oleh pasukan belanda, untuk memperluas daerah
kekuasaannya karena kerajaan gowa memliki rempah-rempah yang banyak, Setahun
lebih benteng digempur oleh Belanda dibantu oleh pasukan sewaan dari Maluku,
hingga akhirnya kekuasaan raja Gowa disana berakhir. Seisi benteng porak
poranda, rumah raja didalamnya hancur dibakar oleh tentara musuh. Kekalahan ini
membuat Belanda memaksa raja menandatangani "perjanjian Bongaya" pada
18 Nov 1667 Di tempat ini juga Pangeran Diponegoro dipenjara.
Luas Benteng Rotterdam Makassar adalah 28.595,55 meter bujur
sangkar, dengan ukuran panjang setiap sisi berbeda, serta tinggi dinding
berfariasi antara 5-7 meter dengan ketebalan 2 meter. Benteng Rotterdam
Makassar mempunyai lima buah sudut (Bastion), yaitu :
-
Bastion Bone terletak di sebelah barat
-
Bastion Bacam terletak di sudut barat
daya
-
Bastion Butan terletak di sudut barat
laut
-
Bastion Mandarsyah terletak di sudut
timur laut
-
Bastion Amboina terletak di sudut
tenggara
B.
Fungsi
Saat
Belanda datang ke tanah Makassar, pecahlah perang antara Sultan Hasanuddin yang
ada di dalam benteng dengan penguasa Belanda, Cornelis Speelman pada tahun
1666. Selama setahun, Benteng Ujung Pandang digempur Belanda hingga akhirnya
pasukan Sultan Hasanuddin kalah dan harus menyerahkan benteng kepada Belanda.
Pada
masa Kolonial Belanda, Benteng Ujung Pandang dibangun kembali dan ditata sesuai
dengan arsitektur Belanda. Sejak saat itu, nama benteng pun berubah menjadi
Fort Rotterdam yang tidak lain merupakan daerah kelahiran Cornelis Speelman di
Belanda. Pada masa ini, benteng dijadikan sebagai pusat pemerintahan dan
penampungan rempah-rempah Belanda di Indonesia.
Pada
masa kolonial Jepang, benteng ini beralih fungsi menjadi pusat studi pertanian
dan bahasa. Sementara setelah Indonesia merdeka, benteng ini dijadikan sebagai
pusat komando yang kemudian beralih fungsi menjadi pusat kebudayaan dan seni
Makassar.
Benteng
ini amat mudah dikenali mengingat bangunannya yang sangat mencolok dibandingkan
dengan gedung perkantoran ataupun rumah disekitarnya. Memasuki pintu utama
benteng ini, nuansa kejayaan masa lalu terekam jelas melalui dinding benteng
yang masih kokoh. Di sudut benteng, terdapat bastion yang di bangun sebagai
pertahanan artileri utama. Di tempat ini pula terdapat beberapa lubang meriam
untuk pertahanan benteng.
Di
benteng ini juga terdapat beberapa ruang tahanan yang salah satunya pernah
digunakan untuk menahan Pangeran Diponegoro. Ruang tahanan amat kokoh dengan
dinding melengkung. Selain itu di tempat ini juga terdapat gereja yang
merupakan gereja pertama yang ada di Makassar.
Sebagai
pusat kebudayaan dan seni, saat ini dalam kompleks benteng terdapat Museum Nageri
La Gilago yang menyimpan beragam koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing,
sejarah hingga naskah serta etnografi. Kebanyakan benda kebudayaan yang
dipamerkan berasal dari suku-suku di Sulawesi seperti suku Bugis, Makassar,
Mandar, dan Toraja.
Benteng
Ujung Pandang memang memiliki keunikan tersendiri. Sebagai bangunan sejarah,
benteng ini merupakan bukti nyata kisah panjang masa kolonialisme yang pernah
ada di bumi nusantara. Selain itu, benteng ini juga menjadi saksi bisu sejarah
panjang kota Makassar.
C.
Benda-Benda Bersejarah
Di dalam Rotterdam terdapat museum yang disebut La Galigo ini memiliki koleksi sebanyak kurang lebih
4999 buah yang terdiri dari koleksi prasejarah, numismatik, keramik asing,
sejarah, naskah, dan etnografi. Koleksi etnografi terdiri dari berbagai jenis
hasil teknologi, kesenian, peralatan hidup dan benda lain yang dibuat dan
digunakan oleh suku Bugis, Makassar, Mandar dan Toraja. Museum juga memiliki
benda-benda yang berasal dari kerajaan-kerajaan lokal dan senjata yang pernah
digunakan pada saat revolusi kemerdekaan.
1. Koleksi Nusantara
Disalah satu ruangan museum La Galigo anda dapat jumpai
replika dari beberapa situs atau cagar budaya di Indonesia, seperti bangunan
candi , Arca, dan bentuk bentuk nisan yang banyak ditemukan pada makam - makam
kuno.
2. Koleksi Keramik
Diruangan Koleksi Keramik terdapat berbagai jenis keramik
kuno dari berbagai dinasti seperti Dinasti Sung abad 13-14 Dinasti Swaton abad
16-18, Dinasti cing abad 17-19, Dinasti Yuan terjan abad 14-16, Dinasti
Annamese abad 14-16 Keramik - keramik ini berasal dari China, Vietnam, Thailand
,Siam dan Jepang.
3. Alat-alat Tradisional Perikanan dan
Kelautan
Pada bangunan lain Museum Lagaligo anda akan menjumpai
koleksi Perangkat Tradisional para pelaut dan nelayan bugis Makassar terdapat
replika Perahu Pinisi yang terkenal sampai ke manca negara berbagai jenis
peralatan nelayan untuk mengkap ikan yang umumnya masih dapat dijumpai dalam
kehidupan masyrakat pesisisr hingga saat ini.
4. Sepeda dan Bendi
Tidak hanya peralatan tradisional nelayan yang terpanjang di
ruangan ini anda pun dapat melihat bendai, Sepeda ataupun Dokar, koleksi
Perangkat pertanian Tadisional yang terdapat dalam useum lagaligo ini adalah
bukti sejarah peradaban bahwa sejak jaman dahulu bangsa indonesia khususnya
masyarakat Sulawesi Selatan telah dikenali sebagai masyarakat yang bercocok
tanam. Mereka menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian terutama tanaman
padi sebagai bahan makanan pokok.
5. Koleksi Peralatan Menempa Besi dan
Hasilnya
Jika anda ingin mengenali lebih jauh tentang sisi lain dari
kehidupan masa lampau masyarakat Sulawesi Selatan, maka anda dapat mengkajinya
melalui koleksi tradisional menempa besi, Hasil tempaan berupa berbagai jenis
senjata tajam, baik untuk penggunan sehari - hari maupun untuk perlengkapan
upacara adat.
6. Koleksi Peralatan Tenun Tradisonal
Dari koleksi Peralatan Tenun Tradisional
ini, dapat diketahui bahwa budaya menenun di Sulawesi Selatan diperkirakan
berawal dari jaman prasejarah, yakni ditemukan berbagai jenis benda peninggalan
kebudayaan dibeberapa daerah seperti leang - leang kabupaten maros yang
diperkirakan sebagai pendukung pembuat pakaian dari kulit kayu dan serat -
serat tumbuhan-tumbuhan. Ketika pengetahuan manusia pada zaman itu mulai
Berkembang mereka menemukan cara yang lebih baik yakni alat pemintal tenun
dangan bahan baku benang kapas. Dari sinilah mulai tercipta berbagai jenis
corak kain saung dan pakaian tradisional.
7.
Alat Senjata
Tak terasa waktu begitu
amat cepat berlalu, saya sampai tidak ingat waktu dan kelamaan ada diruang
senjata Tradisional ini, yang sampai akhirnya saya lupa ke ruang yang lain,
yang tentunya masih ada beberapa, tapi apa mau dikata waktu kian dekat dengan
Shalat Leluhur yang sebentar lagi, sayapun mengakiri jalan-jalannya dari ruang
penyimpanan senjata-senjata Tradisional ini, tapi tak apalah lain waktu saya ke
benteng/museum rotterdam lagi, Insya ALLAH.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fort Rotterdam atau Benteng Rotterdam
Makassar (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.
Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar,
Sulawesi Selatan.
Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke IX
yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa'risi' kallonna.
Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan
Raja Gowa ke XIV Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti dengan sedimen
endesit.
Museum yang
pertama berdiri di Sulawesi Selatan adalah Celebes Museum pada
tahun 1938, didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda
di kota Makassar sebagai ibukota Gouvernement Celebes en Onderhoorigheden
(Pemerintahan Sulawesi dan Daerah Taklukannya). Kepala Museum adalah Tuan Ness.
gambarnya tidak kelihatan
BalasHapus